Selasa, 29 November 2016

PERBEDAAN CONTROLS DAN APPLICATION CONTROLS

 GENERAL CONTROLS DAN APPLICATION                                CONTROL
ZANDRI GUSTI FANDRA (C1C015010)

Pengendalian merupakan proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses mengkoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Sedangkan Menurut IAI dan COSO sendiri, pengendalian terdiri atas pengendalian umum (general controldan pengendalian aplikasi (application control).

GENERAL CONTROLS (PENGENDALIAN UMUM)
General kontrol-berhubungan dengan entitas lingkungan komputer secara luas. Contoh: kontrol atas pusat data, database organisasi, pengembangan sistem, dan pemeliharaan Program pengendalian umum merupakan pengendalian menyeluruh yang berdampak terhadap lingkungan sistem informasi computer (SIK), meliputi kebijakan dan prosedur mengenai semua aktifitas PDE (Pengolahan Data Elektronik), yang bertujuan untuk membuat kerangka pengendalian yang menyeluruh mengenai aktifitas PDE (Pengolahan Data Elektronik), serta untuk memberikan tingkat keyakinan yang memadai bahwa seluruh tujuan pengendalian intern dapat tercapai.
Pengendalian ini diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa pengendalian aplikasi berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, yang bergantung pada sumber daya komputer. Karena jika pengendalian aplikasi tidak berfungsi, misalnya ada format data yang tidak sesuai tapi dapat dibaca komputer, pengendalian umum akan langsung bereaksi dan memberikan umpan balik. Dengan begitu, petugas dapat segera melakukan koreksi.
Menurut IAI, pengendalian umum meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Pengendalian organisasi dan manajemen, meliputi pemisahan fungsi serta kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan fungsi pengendalian.
2.      Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi, untuk memperoleh keyakinan bahwa sistem PDE (Pengolahan Data Elektronik), telah dikembangkan dan dipelihara secara efisien dan ada otoritanya.
3.      Pengendalian terhadap operasi sistem, sebagai berikut:
a.       Sistem digunakan hanya untuk hal-hal yang telah ada otoritasnya.
b.      Akses ke operasi komputer hanya diijinkan kepada mereka yang telah memiliki otorisasi.
c.       Program yang digunakan juga hanya yang ada otorisasinya.
d.      Kesalahan pengolahan dapat didetekdi dan dikoreksi.
4.      Pengendalian terhadap perangkat lunak sistem, untuk meyakinkan bahwa perangkat lunak sistem dimiliki dan dikembangkan secara efisien, serta diotoritaskan.
5.      Pengendalian terhadap entri data dan program, struktur organisasi ditetapkan dengan jelas atas transsaksi, serta akses ke data dan program dibatasi hanya kepada mereka yang mempunyai otorisasi.
6.      Pengendalian terhadap keamanan PDE (Pengolahan Data Elektronik), menjaga PDE lain yang berhubungan dengan PDE bersangkutan, misalnya digunakannya salinan cadangan (backup) ditempat yang terpisah, prosedur pemulihan (recovery procedures) ataupun fasilitas pengolahan di luar perusahaan dalam hal terjadi bencana.
Keenam kategori tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh jenis pengendalian umum, yakni:
1.      Pengendalian organisasi dan manajemen
Ø  Pemisahan fungsi departemen PDE dan non PDE
Ø  Pemisahan fungsi dalam departemen PDE
·         Sistem dan pemrograman
·         Opersi komputer
·         Pengendalian dan penjadwalan input-output
·         Pemeliharaan kepustakaan
Ø  Otorisasi transaksi
Ø  Pengendalian personil
·         Penggunaan job description
·         Pemilihan dan pelatihan pegawai
·         Supervisi dan penilaian
·         Job rotation dan cuti wajib
·         Asuransi pegawai
Ø  Perencanaan, penganggaran dan sistem pembebanan kepada pemakai.
2.      Pengendalian piranti lunak dan piranti keras
Ø  Pengendalian piranti lunak (read or write check, record length check, label checking routines, access control, storage device check).
Ø  Pengendalian piranti keras (boundary protection, dual read, dual circuitry, echo check, interlock, file protection ring, parity check, reverse multiplication, validity check, firmware, graceful degradation, overflow check, UPS).
3.      Pengendalian akses
Ø  Pembatasan akses fisik dan lojik
Ø  Dokumentasi program
Ø  Fasilitas-fasilitas online
4.      Pengendalian data dan prosedur
Ø  Control group
Ø  Fail dan database (pengendalian akses, pengendalian integritas, pengendalian aplikasi perangkat lunak, pengendalian simultan, pengendalian kriptografi, pengendalian penanganan fail, pengendalian jejak audit, pengendalian eksistensi).
Ø  Prosedur-prosedur standar
Ø  Keamanan fisik (backup, asuransi program, perencanaan pemulihan akibat bencana)
Ø  Pemerikasaan intern
5.      Pengendalian pengembangan sistem baru
Ø  Partisipasi manajemen dan pemakai
Ø  Pengembangan standard dan pedoman
Ø  Manajemen proyek
Ø  Pengujian sistem dan konversi
Ø  Penelaahan setelah pemasangan
6.      Pemeliharaan sistem dan program
Ø  Otorisasi dan persetujuan
Ø  Prosedur standar dan dokumentasi
Ø  Pengendalian program dan pelaksanaan
Ø  Pengujian terhadap perubahan
7.      Pengendalian dokumentasi
Ø  Dokumentasi standar dan dokumentasi pendefinisian masalah
Ø  Dokumentasi system
Ø  Dokumentasi program
Ø  Dokumentasi operasional
Ø  Dokumentasi pemakai

APPLICATION CONTROLS(PENGENDALIAN APLIKASI)
Aplikasi kontrol-memastikan integritas sistem tertentu. Contoh: kontrol atas pemrosesan order penjualan, hutang, dan aplikasi penggajian. Pengendalian Aplikasi (Application Control), dimaksudkan untuk memberikan kepastian bahwa pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran transaksi sah serta pemutakhiran file-file induk akan menghasilkan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Pengendalian aplikasi memiliki resiko dalam aplikasi tertentu. Pengendalian aplikasi dapat mempengaruhi prosedur manual (misalnya, memasukkan data) atau tertanam prosedur (otomatis).
Pengendalian aplikasi memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh keyakinan:
Ø  Bahwa setiap transaksi telah diproses dengan lengkap dan hanya diproses satu kali.
Ø  Bahwa setiap data transaksi berisi informasi yang lengkap dan akurat.
Ø  Bahwa setiap pemrosesan transaksi dilakukan dengan benar dan tepat.
Ø  Bahwa hasil-hasil pemrosesan digunakan sesuai dengan maksudnya.
Ø  Bahwa aplikasi-aplikasi yang ada dapat berfungsi terus.
Selain itu pengendalian aplikasi ini dibagi menjadi tiga kategori pengendalian, yakni pengendalian atas masukan, pengendalian atas pengolahan dan file data komputer, serta pengendalian atas keluaran

Application Input Controls (Pengendalian Aplikasi Masukan)
Tujuan dari kontrol masukan yaitu valid, akurat, dan menginput data yang lengkap. Selain itu dalam Application Input Controls terkadang juga terdapat kesalahan dalam input. Terdapat dua penyebab umum dari kesalahan input, yaitu kesalahan transkripsi - karakter yang salah atau nilai, dan kesalahan transposisi - karakter 'benar' atau nilai, tetapi di tempat yang salah.
Application Processing Controls(pengendalian aplikasi pengolahan)
Merupakan program pengolahan yang mengubah input data menjadi informasi untuk output. Terdapat tiga katergori yaitu Batch controls, Run-to-run controls, dan Audit trail controls. Batch controls – membandingkan sistem keluaran dengan input semula yang dimasukkan ke dalam sistem. Run-to-run controls -- menggunakan angka batch untuk memonitor batch ketika bergerak dari satu prosedur yang telah diprogram (run) ke yang lain. Audit trail controls – banyaknya catatan yang digunakan sehingga setiap transaksi dapat ditelusuri melalui setiap tahap pengolahan dari sumber ekonomi untuk disajikan dalam laporan keuangan.
Application Output Controls(Pengendalian Aplikasi Keluaran)
Tujuan dari kontrol output yaitu untuk memastikan bahwa output sistem tidak hilang, salah arah, atau rusak, dan privasi yang tidak dilanggar. Kontrol output terdiri dari:
1.        Output spooling – menciptakan sebuah file selama proses pencetakan yang mungkin tidak tepat diakses.
2.        Printing (pencetakan) – membuat dua risiko: produksi salinan sah output dan penjelajahan karyawan data sensitif
3.        Waste (limbah) – dapat tercecar jika tidak dibuang dengan benar.
4.        Report distribution (laporan distribusi) – laporan sensitif, bisa diantisipasi dengan:
a.       Penggunaan kotak surat yang aman
b.      Memerlukan pengguna mendaftar untuk laporan secara pribadi
c.       Menyampaikan laporan kepada pengguna
5.      End user controls (pengendalian pengguna akhir) – pengguna akhir harus memeriksa laporan sensitif untuk akurasi.
6.      Controlling digital output (mengontrol output digital) – pesan digital output dapat dicegat, terganggu, hancur, atau rusak karena melewati link komunikasi yang panjang.

Jadi, perbedaan utama antara pengendalian umum dan pengendalian aplikasi adalah bahwa sifat pengendalian umum adalah prosedural, sedangkan pengendalian aplikasi bersifat lebih berorientasi pada data.

Selasa, 22 November 2016

TEORI FRAUD, FRAUD TREE, COSO LAMA DAN BARU BESERTA KOMPONENNYA


Selasa, 22 November 2016


TUGAS KELOMPOK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Zandri Gusti Fandra (C1C015010)
KELOMPOK 7
TEORI FRAUD, FRAUD TREE, COSO LAMA DAN BARU BESERTA KOMPONENNYA

TEORI FRAUD

1.      TEORI FRAUD TRIANGLE


Dikemukakan oleh seorang peneliti Donald Cressey yang melakukan penelitian mengenai pelanggaran hukum di bidang penggelapan uang perusahaan (1953). Fraud triangle biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan. Teori ini menjelaskan tentang penyebab orang melakukanfraud yaitu :
a.       Tekanan (Pressure)
Adanya dorongan dari berbagai aspek dapat melatarbelakangi seseorang melakukan fraud. Contohnya dorongan finansial seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan dorongan mendapat pengakuan di lingkungan kerja. Dorongan dapat berasal dari internal seperti ketakutan dan gaya hidup sedangan yang berasal dari eksternal seperti reputasi. Pada umumnya penyebab terjadinya fraudadalah dorongan finansial karena seseorang akan berusaha memenuhi segala kebutuhannya.
b.      Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan merupakan faktor yang mendasari terjadinya fraud. Hal ini dapatterjadi kapan saja. Walaupun seseorang tidak mempunyai dorongan kuat untuk melakukan fraud, namun bila ada kesempatan maka orang tersebut dapat saja melakukan fraud. Maka dari itu pengawasan dan internal kontrol sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kecurangan.
c.       Rasionalisasi (Rationalization)
Biasanya pelaku fraud melakukan pembenaran tentang dirinya bahwa yang dilakukannya adalah hal yang benar dan haknya. Misalnya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya, merupakan haknya karena sudah bekerja lama di perusahaan tersebut.


2.      TEORI FRAUD DIAMOND


Muncul Tahun 2004  sebuah teorifraud yang diperkenalkan oleh Wolfe dan Hermanson yang merupakan penyempurnaan teori triangle.
Dalam teori ini adanya individual capability yaitu sifat dan kemampuan seseorang yang mempunyai perasaan besar yang memungkinkan melakukan suatu kecurangan. Komponen individual capabilty antaranya jabatan, kecerdasan, kepercayaan diri dan kemampuan pemaksaan. Individual capability menjadi peran utama terjadinya fraud. Adanya tekanan, kesempatan dan rasionalisasi yang membuat orang melakukan fraudnamun yang mereaisasikannya adalah individual capability.

3.      TEORI FRAUD PENTAGON
Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011. Teori fraudpentagon merupakan perluasan dari teorifraud triangle yang sebelumnya. Dalam teori ini menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence) dan arogansi (arrogance).








Kompetensi (competence) yang dipaparkan dalam teori fraud pentagon memiliki makna yang serupa dengan kapabilitas/kemampuan (capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teorifraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada 2014. Kompetensi/kapabilitas merupakan kemampuan karyawan untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya (Crowe, 2011). Menurut Crowe, arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.


4.      TEORI FRAUD KEAGENAN (AGENCY THEORY)
Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan kerjasama antara pihak pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) yang dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham menyewa orang lain (agen) yaitu manajemen perusahaan untuk melaksanakan suatu jasa dan para prinsipal mendelegasikan wewenang pada agennya untuk membuat keputusan (dalam Anthony dan Govinderajan, 2005).
Prinsipal selalu menginginkan return tinggi atas investasi yang telah dikeluarkan untuk perusahaan, sedangkan agen memiliki kepentingan tersendiri yaitu untuk mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas hasil kinerjanya. Hal ini menunjukan adanya benturan kepentingan antara prinsipal dan agen yaitu pemilik modal dan para pengelola modal atau manajemen perusahaan. Adanya benturan kepentingan antar agen dan prinsipal ini sering disebut pula dengan conflict of interest.


 


5.      TEORI FRAUD GONE (GREED, OPPORTUNITY, NEED, EXPOSURE)
Greed dan need merupakan faktor individu sedangkan opportunity danexposure merupakan faktor umum.
a.       Greed (Ketamakan)
Adalah keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya. Bersangkutan dengan moral seseorang.
b.      Opportunity (Kesempatan)
Kesempatan yang bisa datang kapan saja tergantung pada posisi seseorang didalam perusahaan.
c.       Need (Kebutuhan)
Tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya fraud.
d.      Exposure (Pengungkapan)
Berkaitan dengan hukuman bagi pelaku fraud. Terungkapnya suatu kecurangan memungkinan terjadinya pengulangan yang sama apabila hukuman yang diberikan bagi pelaku masih lemah.


FRAUD TREE (ACFE)





























Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini memberikan gambaran cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya.Occupational fraud tree memiliki tiga cabang utama, yaitu corruption, asset missappropriation, dan fraudelent statements.

Corruption
Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku korupsi ini biasanya merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu instansi maupun organisasi. Contohnya bisa kita lihat sendiri pada banyak kasus yang terjadi di Indonesia. Biasanya koruptor tersebut merupakan pejabat negara atau instansi yang memiliki kewenangan tertentu. Corruptionmemiliki empat bentuk, yaitu:
1)      Conflict of interest (konflik kepentingan).
Konflik kepentingan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Perusahaan harus mengharapkan karyawannya akan melakukan pekerjaan dengan cara yang dapat memenuhi berbagai kepentingan perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan bertindak atas nama pihak ketiga dalam melakukan pekerjaannya atau memiliki kepentingan pribadi dalam pekerjaannya yang dilakukannya. Jika konflik kepentingan karyawan tidak dikehaui oleh perusahaan dan mengakibatkan kerugian keuangan, maka telah terjadi kecurangan.
2)      Bribery ( Penyuapan)
Penyuapan sendiri merupakan pemberian, penawaran, permohonan untuk menerima, atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi seorang pejabat dalam melakukan kewajiban sahnya. Biasanya orang melakukan ini karena menginginkan apa yang dikehendakinya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginannya.
3)      Illegal gratuities (Hadiah Ilegal)
Hadiah ilegal (illegal gratuity) melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran , atau permohonan untuk menerima sesuatu yang bernilai karena telah melakukan tindakan yang resmi. Skema ini hamper sama dengan penyuapan, tetapi transaksinya terjadi setelah tindakan resmi tersebut dilakukan.
4)      Economic Extortion (Pemerasan Ekonomi)
Pemerasan secara ekonomi adalah penggunaan (atau ancaman untuk melakukan) tekanan (termasuk sanksi ekonomi) terhadap seseorang atau perusahaan, untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Istilah berharga dapat berupa aset keuangan atau ekonomi, informasi, atau kerja sama untuk mendapatkan keputusan yang berguna mengenai sesuatu yang sedang dipermasalahkan.

Asset Misappropriation  
Asset Misappropriation merupakan penyalahgunaan aset perusahaan yang dilakukan oleh manager atau karyawan sebuah perusahaan. Aset yang disalahgunakan bisa berupa kas dan non-kas seperti persediaan ataupun aset lainnya.
Pada penyalahgunaan aset berupa kas terdapat tiga jenis yaitularceny, fraudulent disabursement, dan skimming. Larceny yaitu menyalahgunakan uang ketika uang sudah masuk di perusahaan. Seperti menyalahgunakan uang kas yang ada di perusahaan, dari deposito dan lain-lain. Fraudulent disbursement(penipuan pencaian) ada lima jenis, yaitu skema pembebanan tagihan (billing schemes), skema pembayaran gaji (payroll schemes), skema penggantian biaya (expense reimbursement schemes), pemalsuan cek (check tampering) dan pengeluaran yang sudah masuk dalam cash register (register disbursement). Sedangkan skimmingyaitu menyalahgunakan uang sebelum uang tersebut masuk ke perusahaan. Penyalahgunaan dalamskimming bisa melalui penjualan, penerimaan, pengembalian dan lain-lain.Pada penyalahgunaan aset berupa non-kas seperti persediaan dan lain-lain terdapat dua jenis yaitu menyalahgunakan (misuse) danlarceny.

Fraudulent Statement (kecurangan pencatatan)
Fraudulent statements atau kecurangan dalam pencatatan laporan merupakan jenis kecurangan yang berhubungan dengan laporan keuangan. Kecurangan jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan ketika perusahaan menginginkan atau hendak melakukan sesuatu. Jenis kecurangan ini yang biasanya menjadi perhatian lebih oleh auditor. Kecurangan dalam penulisan laporan ini bisa berupa penulisan catatan keuangan maupun non-keuangan.
Catatan berupa keuangan itu seperti menyajikan aset aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya dan mencatat aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya. Sedangkan non-keuangan seperti kesalahan dalam memberikan kepada pihak yang salah atau bukan seharusnya. Hal ini berkaitan dengan dokumen internal, dokumen eksternal dan lain-lain.


COMMITTEE OF SPONSORING ORGANIZATIONS OF THE TREADWAY COMMISSION (COSO)
Committee of Sponsoring Organizations didakwa oleh Komisi Treadway untuk mengembangkan pedoman terintegrasi pada Pengendalian Internal. Sebagai hasilnya, kerangka kerja untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pengendalian internal untuk organisasi telah dirilis.

A.    COSO FRAMEWORK
COSO Framework dirancang untuk membantu pendirian usaha, menilai dan meningkatkan pengendalian internal mereka. Pentingnya Pengendalian Internal dalam Operasi dan Pelaporan Keuangan dari suatu entitas tidak dapat terlalu ditekankan sebagai keberadaan atau tidak adanya proses menentukan kualitas output yang dihasilkan dalam Laporan Keuangan. Proses Pengendalian Internal hadir dan berfungsi menyediakan pengguna dengan "jaminan yang wajar" bahwa jumlah yang disajikan dalam Laporan Keuangan akurat dan dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.


B.     COSO INTEGRATED FRAMEWORK
Pada tanggal 14 Mei 2013,COSO bekerjasama denganPricewaterhouse Coopers memulai proyek untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja manajemen risiko yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas ERM. Kerjasama ini membuahkan hasil dengan dirilisnya COSOIntegrated Framework, yang mendefinisikan manajemen risiko sebagai: 

“Proses yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras denganrisk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.” 

Dalam kerangka manajemen risikonya, COSO ERM menuntut perusahaan untuk dapat menentukan terlebih dahulu sasaran perusahaannya, yang terdiri dari empat kategori yaitu:
1.      Strategis: sasaran yang mendukung dan selaras dengan misi perusahaan.
2.      Operasi: efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber daya perusahaan.
3.      Pelaporan: keterpercayaan dari pelaporan.
4.      Pemenuhan: pemenuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.







KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT COSO






1.      Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu organisasi, terutama mempengaruhi kesadaran pengendalian dari setiap individu yang ada di organisasi tersebut. Linkungan pengendalian merupakan dasar dari komponen-kompnen pengendalian lainnya, memberikan struktur dan disiplin.
Faktor lingkungan pengendalian termasuk:
·         Integritas
·         Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
·    Cara manajemen menentukan tanggung jawab dan wewenang, mengorganisasikan dan mengembangkan anggota-anggotanya
·         Kebijakan dan praktek SDM
·         Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi

2.      Risk Assessment (Penilaian Resiko)
Seluruh entitas pasti akan menghadapi yang namanya resiko, baik dari luar maupun dari dalam. Setiap resiko tersebut harus bisa ditaksir.Prasyarat dari Risk Assessment adalah penentuan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsiten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, menentukan sebuah basis bagaimana cara meminimalisir resiko. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan pengidentifikasian dan menghadapi resiko-resiko terkait dengan perubahan tersebut
3.      Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Control Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah terlaksana. Control Activities dapat membantu meyakinkan dalam memilah tindakan yang perlu dilakukan untuk menghadapi resiko senhingga tujuan tercapai. Control Acttivites pasti ada di setiap organisasi, pada seluruh level dan seluruh fungsi.
Contoh kegiatan Control Activities:
·         Penyetujuan (Approvals)
·         Otorisasi (Authorization)
·         Verifikasi (Verifications)
·         Rekonsiliasi (Reconcilitions)
·         Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)
·         Keamanan terhadap aset (Security of Assets)
·         PemisahanTugas (Segregation of Duties)

Pengendaian terhadap informasi terbagi 2 cara:
·         General Control, seperti control terhadap akses, perangkat lunak, dan sistem development
·         Application Controls, berfungsi menjamin completeness, accuracy, authorization, and validity dari proses transaksi
4.      Information and Communication (InformasidanKomunikasi)
Informasi harus teridentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggungjawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan bisnis. Informasi dan komunikasi tidak hanya menyajikan data-data yang dihasilkan internal, melainkan juga dari kejadian-kejadian ekternal. Komunikai yang efektif juga diperlukan untuk hal-hal yang lebih luas, mengalir kebawah, kesamping dan ke atas organisasi. Setiap personil harus menerima pesan dengan jelas dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personil harus mengerti peran mereka dalam pengendalian internal.
5.      Monitoring (Pemantauan)
Internal Control System sangat perlu untuk diawasi, dengan begitu kita mengetahui proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Pengawasan harus dilakukan secara terus menerus. Setiap hasil akhirnya harus ada evaluasi secara keseluruhan.
Contoh Soft Control :
·         Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
·         Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Contoh Hard Control:
·         Aktivitas Pengendalian (Activities Control)
·         Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
·         Pemantauan (Monitoring)

Sumber :